Minggu, 10 Oktober 2010

Thalassemia

Thalassemia

Thalassemia adalah sekelompok heterogen gangguan genetik pada sintesis Hb yang ditandai dengan tidak adanya / berkurangnya sisntesis rantai globin dan diturunkan secara kodominan autosomal sehingga eritrosit mempunyai sedikit kemampuan mengikat O2.Thalassemia bukan termasuk dalam hemoglobinopati karena thalassemia merupakan penyakit yang mengurangi atau meniadakan hemoglobin (dari segi kuantitas), sedangkan hemoglobinopati lebih ke arah kualitas dari hemoglobin itu sendiri.Hemoglobin terdiri dari empat rantai polipeptida. Pada masuia dewasa hemoglobin terdiri dari Hb A (mayor) yang terdiri dari α2β2 dan Hb A2 (minor) yang terdiri dari α2δ2. Pada bayi dan embrio terdapat bentuk hemoglobin lain yaitu Hb F (α2γ2) dan hemoglobin embrional : Hb Gowers 1 (ζ2ε2), Hb Gowers 2 (α2ε2), dan Hb Portland (ζ2γ2). Hemoglobin abnormal antara lain Hb H (β4) dan Hb Bart’s (γ4) (Suryohudoyo. 2007). Sedangkan globin tersusun atas α helix (terdiri atas 141 asam amino) dan β sheets (terdiri atas 146 asam amino) (Medicastore). α helix (kelompok α) terdiri dari rantai alfa dan rantai zeta. Terletak pada kromosom 16. β sheets (kelompok β) terdiri dari rantai beta, gamma, delta, dan epsilon. Terletak pada kromosom 11.
Thalassemia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar (hal ini penulis lakukan karena thalassemia δ dan γ bersifat asimptomatik) yaitu α dan β. Pada intinya perbedaan thalassemia α dan β adalah bagian apa dari rantai globin tersebut yang rusak / hilang (untuk penjelasan lebih lanjut telah penulis lampirkan pada bagian B tinjauan pustaka).
Patogenesis dan patofisiologis dari thalassemia dimulai dari mutasi gen globin yang mengakibatkan produksi rantai globin berkurang atau tidak ada. Hal intu menimbulkan berkurangnya hemoglobin sehingga mengakibatkan sel darah merah mudah rusak / umurnya lebih pendek. Manifestasi dari semuanya itu adalah rendahnya kadar hemoglobin dalam darah.
Gejala-gejala thalassemia antara lain pucat (dikarenakan kekurangan hemoglobin yang menyebabkan kurangnya eritrosit), perut buncit karena hepatomegali dan splenomegali (keduanya akibat terjadinya penumpukan Fe karena bekerja terlalu keras dalam membersihkan sel darah yang rusak), deformitas tulang muka, jantung berdebar-debar (bekerja terlalu keras), urin keruh, anemia, kehitaman pada kulit (akibat dari meningkatnya produksi Fe), ikhterus (akibat dari produksi bilirubin yang meningkat), retardasi pertumbuhan dan penuaan dini, gagal jantung (disebabkan penumpukan Fe di otot jantung), dan penyakit kuning.
Tes laboratorium untuk thalassemia meliputi : hematologi rutin (untuk mengetahui kadar Hb tidak normal (3-9 g/dL),ukuran sel darah (<8 )), gambaran darah perifer (mengetahui bentuk yang abnormal (serupa cakram tembak), warna (blackness), dan usia (<120 hari)), feritin test (mengetahui status Fe), analisis Hb (menentukan jenis thalassemia), foto rontgen cranial (melihat ada/tidaknya deformitas tulang pipih), full blood count (menghitung darah secara lengkap), sediaan darah apus (menghitung bentuk dan jumlah sel darah putih serta platelet), iron studies (membedakan anemia biasa atau thalassemia herediter), molecular diagnosis yang meilputi : PCR (menggandakkan gen globin), DNA sequencing (mengetahui urutan nukleotida), Southern Blotting (elektroforesis DNA mrnggunakan nitroselulosa), dot blotting (penetesan DNA, RNA, atau protein secara langsung pada membran penyangga), DGGE (Denaturating Gradient Gel Electrophoresis) yang prinsipnya pemeriksaan pembukaan heliks ganda yang terjadi pada kadar denaturan yang berbeda pada saat terjadi mutasi.
Thalassemia merupakan penyakit keturunan. Thalassemia dapat diturunkan secara resesif maupun dominan karena itu ia bersifat kodominan. Hal ini tergantung jenis thalassemianya. Thalassemia α merupakan kesalahan dalam globin rantai α yang berada pada rantai mayor menimbulkan sifat dominan. Pada thalassemia ini delesi 4 gen α akan mengakibatkan kematian (letal) Sedangkan thalassemia β dapat bersifat resesif atau dominan tergantung gen apa yang diturunkan. Bila β0 akan menghasilkan sifat resesif danβ+ dominan. Pada thalassemia β muncul juga kondisi dimana gejala sangat ringan yang diakibatkan perbandingan rantai α dan β tidak terlalu terganggu. Jadi mungkin saja seorang anak yang menderita thalassemia lahir dari pasangan orangtua yang nampak normal.
Penyakit thalassemia adalah penyakit keturunan jadi tidak dapat disembuhkan. Terapi yang digunakan pada penderita thalassemia bersifat simptomatik (mengobati simptom yang muncul). Contohnya adalah : pemberian desferoxamine setelah kadar Fe mencapai 1000mg/L atau saturasi transferin >50% atau setelah transfusi darah dengan dosis 25-50mg/kg, pemberian vitamin C 100-250 mg/hari, pemberian asam folat 2-5 mg/hari, pemberian vitamin E 200-400iu, splenektomi, transfusi darah, pemantauan kadar Fe, tumbuh kembang, gangguan lainnya.
Faktor genetik ditengarai menjadi biang kerok utama gangguan haematologi. Kelainan genetik haematologi dapat menimbulkan gangguan sejak konsepsi sampai kelahiran.Beberapa kelainan hematologi meliputi sel darah merah, sel darah putih, trombosit dan faktor pembukaan darah lain serta organ yang menghasilkan sek-sel tersebut.
Sedangkan kelainan sel darah merah terdiri atas thalassemia, protein membran dan sel darah merah. Menurut dr. Moedrik Taman SpA, thalassemia merupakan penyakit genetik dimana produksi hemaglobin yang normal tertekan karena defek sintesis satu atau lebih rantai globin. Penyakit ini diturunkan secara autosom resesif dan digolongkan pada penyakit anemia hemolitik bawaan yang ditandai oleh anemia mikrositik hipokromik. Penyakit ini merupakan kelainan genetik yang disebabkan oleh mutasi gen tunggal dan kasusnya terbanyak di dunia. Tak kurang terdapat 300 juta penduduk dunia sebagai pembawa gen thalassemia dan sekitar 300.000 bayi thalessemia dilahirkan setiap tahunnya
Berdasarkan rantai yang terganggu, dikenal beberapa jenis thalessemia, yaitu thalessemia α dan β. Thalassemia α terjadi bila mengalami penurunan atau tidak memiliki sintesis globulin α. Sedangkan thalassemia β bila terjadi penurunan atau tidak ada globulin β. Gen globulin α terletak pada kromoson 16 sedangkan globulin β pada kromoson 11.
Secara klinis, thalassemia dibedakan atas thalessmia minor (heterizgot)dan mayor (homozigot). Individu heterozigot dan karier tidak menunjukan gejala (asimtomatik) , umumnya mengalami kelainan haematologi minor. Individu homozigat atau coumpound heterozygos biasanya bermanifestasi sebagai thalessemia mayor yang membutuhkan transfusi darah secara rutin dan terapi kelebihan besi untuk mempertahankan kualitas hidupnya.
Thalessemia pada neonatus adalah spesifik karena eritrosit pada masa fetal dan neontal berbeda secara bermakna dibanding bayi yang lebih tua, anak-anak, dan dewasa. Eritrosit pada masa fetal dan neonatal mempunyai umur hidup yang lebih pendek, bentuk yang berubah dan deformabilitas, serta konsentrasi Hb fetal yang lebih tinggi. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan untuk membawa oksigen ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolik.
Thalesemia pada neonatus yang terutama adalah thalassemia α dengan gangguan pada 3 gen (penyakit hemoglobin H) dan 4 gen (Hb-Bart’s hydrops fetalis). Hb-Bart’s hyfrops fetalis merupakan merupakan manifestasi terburuk dari gen thalassemia α dan biasannya bayi yang menderita penyakit ini lahir meninggal atau meninggal dalam beberapa jam sesudah lahir.
Thalassemia α merupakan kelainan dimana terjadi defek sintesis rantai α dengan akibat depresi produksi Hb yang rantai α, misalnya HbA, HbA2, dan HbF. Defisiensi rantai α menyebabkan timbunan rantai γ pada fetus dan rantai β pada orang dewasa. Bila melihat jumlah gen yang mengalami kelainan, thalassemia α dikelompokan sebagai silent carrier (1 gen), trait α thalassemia (2 gen), penyakit HbH (3 gen), dan Hb-Barts hydrops fetalis (4 gen). Rantai γ membentuk tetramer Hb-Barts dan presipitat rantai β yang tidak stabil membentuk HbH. Adanya Hb-Barts dan HbH dalam eritrosit membawa akibat yang serius karena Hb tersebut mempunyai afinitas oksigen yang tinggi dan tidak dapat membawa oksigen secara adekuat ke jaringan.
Sedangkan pada thalassemia β meliputi empat sindrom klinis. Yaitu silent carrier, trait thalassemia, thalassemia intermedia, dan thalassemia mayor. Heterogenitas klinis menunjukan perbedaan mutasi. Banyak mutasi yang mengeliminasi ekspresi gen globin β, sedangkan yang lain secara bervariasi menurunkan derajat ekspresi gen globin β. Makin ringan penurunan ekspresi gen globin β, makin baik manifestasi klinisnya, karena derajat ketidakseimbangan antara rantai α dan β menunjukan derajat beratnya penyakit.
Sindrom klinis thalassemia β tidak muncul sampai usia 4-6 bulan, dimana terjadi perubahan dari HbF ke HbA. Tetapi sindrom thalassemia α sebagai hydrops fetalis ( 4 gen) dan penyakit HbH (delesi 3 gen) muncul dengan anemia dan hepatosplenomegali. Trait dan silent carrier tidak menampakan gejala-gejalanya dan terdeteksi secara tak sengaja pada kehidupan selanjutnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar