Senin, 04 Oktober 2010

Waspadai Campak, Cacar Air & Leptospirosis!

Senin, 5 oktober 2010 oleh: angga adyatma Waspadai Campak, Cacar Air & Leptospirosis!
www.keperawatan-cahayabangsabanjarmasin.blogspot.com Waspadai Campak, Cacar Air & Leptospirosis!

Sebulan pasca tsunami Aceh, penyakit campak, cacar air, dan leptospirosis diberitakan berjangkit. Beberapa orang ibu bertanya, apakah ketiga penyakit itu sekarang bisa berjangkit di luar Aceh juga?

Berbeda dengan leptospirosis, penyakit yang ditularkan lewat kencing tikus itu, campak dan cacar air tergolong penyakit anak dan jarang menimpa orang dewasa. Bahwa sekarang nyatanya tak sedikit remaja dan orang dewasa yang terjangkit campak atau cacar air, bukan hal yang luar biasa. Leptospirosis sendiri tergolong penyakit semua umur, tak pandang jenis kelamin, bisa terjadi di kota maupun desa.

Sama halnya dengan campak, cacar air juga disebabkan virus. Virus campak menyebar lewat percikan ludah penderita. Virus cacar air bisa pindah ke tubuh orang sehat lewat bersentuhan langsung dengan cacarnya. Itu maka penderita campak dan cacar air dilarang masuk sekolah atau aktif bekerja di luar rumah.

Di rumah pun, sebaiknya pasien disendirikan ruangan tidurnya. Bila tidak, selang satu dua minggu sejak ada penderita di rumah, orang serumah yang mulai tertular bermunculan karena virus campak dan cacar air amat kuat daya tularnya kepada orang sekitar.

Bahaya komplikasi
Campak hanya menyerang sekali dalam hidup. Namun, tak sedikit penyakit yang menampakkan gejala dan tanda yang menyerupai campak.
Beberapa jenis virus, termasuk campak Jerman (rubella), bergejala seperti campak juga.

Dua hal pasti diagnosis campak, yaitu pertama, adanya bercak pualam di dalam mulut bagian dekat geraham ujung (Koplik spot) beberapa hari setelah ruam campaknya muncul. Kedua, ruam campak baru menghilang setelah hitungan minggu dan menyisakan bercak kehitaman pada kulit. Bukan campak bila setelah beberapa hari saja ruam merah menghilang tanpa menyisakan bercak kehitaman pada kulit.

Orang bilang bagusnya terserang campak selagi kecil mula. Tentu saja lebih baik tidak terserang. Kini, anak diberikan vaksinasi campak agar tidak perlu terserang campak.

Mengapa campak perlu dicemaskan?
Penyakit campak sendiri tidaklah berbahaya. Campak tidak sampai mematikan seperti cacar betulan (variolla), yang di Indonesia sudah tak ada lagi.

Namun, bila menyerang anak yang kondisi tubuhnya lemah, antara lain kurang gizi, sedang mengidap penyakit paru-paru, ginjal, atau penyakit menahun lainnya, campak acap berkomplikasi. Salah satu yang paling ditakuti komplikasi radang paru-paru (bronchopneumonia).

Hampir semua penyebab kematian pasien campak umumnya akibat komplikasi ini. Maka anak yang lemah perlu dilindungi agar tidak sampai terjangkit campak. Termasuk anak korban tsunami dan korban banjir di pengungsian.

Ruam dan Mata Merah
Serangan virus campak diawali demam tinggi disusul oleh munculnya ruam merah pada kulit di sekujur tubuh.
Dimulai di kulit belakang telinga, leher, wajah, kemudian menyebar ke seluruh kulit tubuh. Ruamnya tidak gatal, namun menyerupai bercak-bercak yang bagaikan peta berwarna merah di kulit.

Penyakit virus lain juga bisa bermanifestasi seperti campak. Bedanya, selain dokter menemukan adanya bercak Koplik khas penyakit campak di rongga mulut bagian pipi, selama demam mata pasien merah berair, tak ubahnya sedang sakit mata merah. Bedanya dengan infeksi mata, pada campak disertai rasa gatal, tidak pula bertahi mata.

Diobati atau tidak, campak akan mereda sendiri. Obat yang diberikan dokter pun hanya untuk mengendurkan keluhan demam, pusing, dan gejala penyertanya saja. Tubuh sendiri yang akan melawan virusnya, sehingga kemudian akan terbentuk kekebalan terhadap campak yang bersifat bertahan seumur hidup.

Hanya bila tubuh pengidapnya tergolong lemah, perjalanan penyakit campak menjadi berkepanjangan. Bila setelah ruam kulit mereda dan demam sudah menurun kemudian muncul batuk hebat, sesak napas, lalu demamnya bangkit kembali, kemungkinan ini suatu gejala komplikasi paru-paru.

Kasus demikian perlu perawatan rumah sakit karena perlu infus, pemberian oksigen, dan obat pembasmi infeksi paru. Membiarkan pasien campak berkomplikasi tanpa perawatan khusus, bisa fatal akibatnya.

Cacar Air Bukan Cacar
Bahwa sekarang muncul pula kasus cacar air, jamak adanya. Namun, tidak seganas campak, apalagi cacar.
Diawali demam beberapa hari, kemudian muncul ruam kulit yang tak seluas ruam campak. Beberapa hari setelah ruam muncul, pada bagian kulit yang meruam itulah lenting bening cacar air muncul.

Lenting cacar air bisa muncul di bagian kulit mana saja, kecuali di telapak tangan. Tidak terasa apa-apa. Baru setelah lentingnya pecah, muncul rasa gatal ingin menggaruk. Keropeng cacar mengering setelah dua minggu, dan tidak menyisakan bekas seperti pada cacar.

Indonesia sudah bebas cacar sejak tahun 1978. Jadi, kalau ada orang disini tiba-tiba muncul lenting lenting bening cacar, pasti bukan cacar penyebabnya, melainkan cacar air (chicken pox atau varicella)

cacar air bisa saja menyisakan bekas apabila pada cacarnya tidak dilakukan perawatan secara higienis. Pasien cacar air boleh mandi asal dengan air bersih (sudah dimasak, bubuhi penyuci hama). Setelah mandi dibaluri bedak penyuci hama dan antigatal (bedak salisil).

Keropeng cacar jangan digaruk. Sebaiknya jemari tangan dibungkus, agar tidak menggaruk cacarnya sewaktu tidur.

Pasien cacar air tidak boleh berdekatan dengan orang sehat. Ia masih berpotensi menularkan sejak beberapa hari sebelum cacar airnya muncul sampai beberapa hari lenting cacarnya mengeropeng (sekitar dua mingguan). Selama itu sebaiknya pasien tidak berkontak dengan orang di luar rumah, dan orang serumah pun perlu lebih waspada.

cacar air juga bukan penyakit mematikan. Asalkan cukup istirahat, kebersihan dan higiene kulit terjaga, menu bergizi tinggi, penyakit akan sembuh sendiri, diobati ataukah tidak.

Sama halnya pada kasus campak, obat dokter hanya untuk meredakan keluhan dan gejala penyakitnya saja.@

Sumber:
http://www.kompas.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar